Pesta demokrasi yang bakal terselenggara pada tahun 2024 akan memberikan warna baru dikarenakan dan dipastikan akan didominasi oleh pemilih pemula dari rentan Millenial hingga Generasi Z.
Pesta demokrasi pada pemilihan umum (Pemilu) tahun 2024 tentunya tidak bisa dianggap enteng bagi para petarung petarung dari Gen X atau generasi yang lahir ditahun 1965 sampai 1980 mengingat generasi Z sendiri memiliki prinsip dan ruang berfikir sangat berbeda dari jaman eranya ketika masih diusia mudanya.
Mengingat jumlah pemilih dari kelompok millenial dan Generasi Z yang cukup besar tentunya akan membuat pemilu 2024 semakin seru bagi para petarungnya untuk memperebutkan suara millenial dan terkhusus generasi Z.
Data yang dihimpun portalistana.id dari Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU RI)Daftar Pemilih Sementara (DPS) Pemilu 2024 dari total 205.853.518 Total Pemilih Milenial menduduk posisi pertama dengan total presentase 33,55% (69.061.943 Pemilih) sedangkan generasi Z total presentasenya sebesar 22,84% (47.020.295 Pemilih), Generasi X total presentase 28.05% (57.748.353 pemilih), Baby Boomer total presentase 13,79% (28.377.425 pemilih) dan terakhir Pre Boomer total presentase 1,77% (3.645.502 pemilih).
Dari presentase diatas jika digabungkan antara generasi Millenial dan generasi Z tentu akan sangat besar dengan separuh lebih akan didominasi Millenial dan generasi Z dengan jumlah presentase 56,39% (116.082.238 pemilih).
Tentu untuk dapat menarik simpatik kedua rentan generasi ini tidak semudah yang dibayangkan jika pola komunikasi politik masih menggunakan sistem ala ala Generasi X, Bahkan untuk cara pandang dan berfikirpun antara millenial dan generasi Z ini juga cukup memiliki perbedaan signifikan.
Disamping itu kita juga harus mengerti karakteristik Generasi Z secara ditail, diantaranya generasi ini mempunyai karakter menyukai teknologi digital, fleksibel, lebih cerdas, dan toleran pada perbedaan. Tetapi di lain sisi mereka juga memliki kebiasaan kurang baik, seperti lebih senang dengan budaya instan dan kurang peka terhadap esensi privat. Karakteristik tersebut berpengaruh terhadap nilai – nilai pandangan dan tujuan hidup termasuk sikap dan cara pandang yang mempengaruhi peran mereka di pemilu 2024.
Namun jika sebuah partai politik mau fokus dengan serius menggarap gen Z ini tentu juga akan sangat menguntungkan mengingat bahwa jumlah gen Z sudah sangat mencukupi jika untuk menutup kebutuhan sebuah partai politik masuk ke Senayan dengan presidential threshold yang ada dalam UU Pemilu telah ditetapkan sebesar 20% dari jumlah kursi DPR atau 25% dari suara sah nasional.
Dari karakteristik Generasi Z tentunya dunia digital akan dijadikan mereka dalam mencari sumber referensi siapakah Calon Anggota Legislatif atau bahkan Presiden yang bakal dipilihnya, Tentu dalam hal ini mereka akan searching baik melalui Google dan juga sosial media yang ada.
Maka dari karakteristik Generasi Z yang terurai diatas tentu kita akan bertanya siapakah Calon Legislatif yang bakal dipilh generasi Z tentu masih memerlukan kajian yang mendalam untuk akurasi opini ini.
Namun dari karakteristik nya sudah sangat bisa dipastikan bahwa generasi Z akan menggantungkan bagaimana mereka akan memilih sesosok Calon Legislatif dari sumber informasi melalui jejak digital serta profil calon legislatif tersebut tentunya.
Dari uraian diatas tentunya ini juga menjadi PR bersama khususnya penyelengara pemilu untuk dapat memberikan edukasi kepada generasi Z tentang pentingnya Pemilu terkhusus apa manfaat dan pentingnya politik bagi keberlanjutan suatu negara dan masa depan mereka.
Sebagai Informasi tambahan berikut rentan tahun kelahiran dari generasi ke generasi, Untuk Pre Boomer sebelum tahun 1945, Baby Boomer 1946 – 1964, generasi X 1965 – 1980, Millenial 1981 – 1996 dan generasi Z 1997 – 2012.
