Hari Kartini, PKHN Bojonegoro Ajak Luruskan Nama Hingga Kebangkitan Pemikiran Perempuan

oleh
iklan

Kabupaten Bojonegoro – Setiap tahun pada tanggal 21 April 2024 diperingati Hari Kartini yang mengingatkan kita bagaimana emansipasi wanita dan perjuangan seorang Raden Ayu (RAy) Kartini seorang putri bangsawan asal Jepara itu.

Namun dalam perjalanannya banyak jejak tulisan sejarah gagal memahami nama seorang Kartini dan sering disebut gelar yang melekat pada istri Bupati Blora itu dengan sebutan “Raden Ajeng”, yang jelas ini juga salah kaprah lantaran seorang Kartini ini bukan putri bangsawan (Adipati) yang masih lajang atau belum dinikahkan. Selain itu dalam peringatan banyak juga dari kita memperingatinya dengan kegiatan yang tidak mencerminkan seorang Kartini sebagai sosok intelektual dan pemikir.

Sebagai informasi terkait gelar bangsawan seperti dikutip dari detik.com Raden Ajeng (RA), yaitu gelar yang diberikan kepada cucu perempuan dan keturunan perempuan lain dari garis pria, sebelum dinikahkan. Raden Ayu (RAy), yaitu gelar yang diberikan kepada cucu perempuan dan keturunan perempuan lain dari garis pria, sesudah dinikahkan.

Melihat fenomena ini KRT. Samsul A Wijoyosukmo Ketua terpilih Perkumpulan Kusumo Hondrowino Nusantara (PKHN) Kabupaten Bojonegoro saat dikonfirmasi pada, Senin (22/4/2024) juga turut angkat bicara dan mengajak masyarakat untuk bersama meluruskan sejarah.

“Gelar Raden Ajeng yang kini sering dilekatkan pada nama ibu kita Kartini ini jelas kurang pas karena jelas bahkan saat beliau wafat status beliau adalah seorang istri dari Bupati Blora, jadi jika gelar Raden Ajeng ini disematkan pada nama beliau jelas sangat kurang pas dan semestinya Pemerintah bisa meluruskan dan mengganti dengan gelar Raden Ayu,”ungkapnya.

Alasan harus diluruskannya sejarah dan penulisan gelar bangsawan ibu Kartini dirinya menilai bahwa itu salah satu bentuk penghormatan pada leluhur.

“Pelurusan gelar Raden Ayu Kartini ini jelas sangat penting karena ini bentuk bagaimana kita menghormati beliau sebagai sosok pemikir dan untuk memposisikan beliau pada tempat semestinya, Kami berharap Pemkab Blora bisa memulainya,”terangnya.

Selain itu Mas Raden sapaan akrab Ketua PKHN Kabupaten Bojonegoro itu juga menilai kegiatan perayaan peringatan hari Kartini juga dinilai banyak yang belum mencerminkan sosok Raden Ayu Kartini itu sendiri.

“Kita juga melihat hari ini banyak dari kita gagal merepresentasikan kegiatan peringatan hari Kartini seperti misal pada hari Kartini ini digelar lomba masak, lomba busana Jawa dan memakai Kebaya, jelas kegiatan ini sangat tidak merepresentasikan seorang Raden Ayu Kartini sebagai seorang pemikir dan pembawa perubahan pada seorang perempuan yang dulu banyak dipandang sebelah mata,”katanya.

Dirinya juga menambahkan seharusnya momen peringatan hari Kartini ini bisa dijadikan sebagai momen kebangkitan pemikiran seorang perempuan dan diisi dengan kegiatan yang mencerminkan sosok seorang Raden Ayu Kartini.

“Kalau kebaya semua perempuan atau bangsawan Jawa pada waktu itu juga sudah memakai kebaya tapi untuk seorang Raden Ayu Kartini ini kan lain, beliau pada zamannya sudah membawa perubahan besar bagi eksistensi perempuan dan tidak lagi dipandang sebelah mata, Maka seharusnya peringatannya juga harus memiliki nilai pemikiran lebih semisal kegiatan Debat pemikiran perempuan berkemajuan, lomba karya ilmiah atau bahkan lomba menulis dan merancang program untuk selanjutnya pemerintah bisa memfasilitasi dalam realisasinya,”imbuhnya.

Disisi akhir Mas Raden juga memberikan contoh dan apresiasi salah satu kegiatan Pemerintah Kabupaten Bojonegoro yang melibatkan perempuan pada perencanaan pembangunan Daerah.

“Kalau diBojonegoro ini ada satu program yang kami pandang bagus dan kita apresiasi bagaimana Pemkab Bojonegoro melibatkan perempuan pada Musrenbang Perempuan guna menampung aspirasi dan pemikiran perempuan dalam membuat program untuk Kabupaten Bojonegoro,”tutupnya.[idus/red]

iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *