Keterangan Dunung Sangkan Paraning Dumadi dalam Ajaran Jawa: Sebuah Refleksi Kehidupan

oleh
iklan

Oleh: Mas Raden (Pemred Portalistana.Id)

Dalam tradisi Jawa, terdapat konsep spiritual yang dikenal dengan “sangkan paraning dumadi.” Ini adalah filosofi yang mendalam dan holistik tentang asal-usul manusia (sangkan) dan tujuan akhir kehidupan (paran). Pemahaman ini merujuk pada pencarian manusia akan hakikat hidup, tentang darimana kita berasal, kemana kita akan kembali, dan bagaimana kita menjalani kehidupan di tengah perjalanan itu.

Secara harfiah, “sangkan paraning dumadi” dapat diartikan sebagai asal dan tujuan penciptaan. Dalam ajaran Jawa, konsep ini mencakup siklus hidup dan kematian yang tak terpisahkan dari hubungan antara manusia dan Sang Pencipta. Namun, dalam praktiknya, konsep ini juga mengajarkan keseimbangan antara kehidupan duniawi dan spiritual, antara fisik dan metafisik, serta keterhubungan dengan alam semesta.

Bagian pertama dari konsep ini adalah sangkan, yang berbicara tentang asal-usul manusia. Orang Jawa meyakini bahwa manusia berasal dari Karsa Gusti, kehendak Sang Pencipta. Sumber penciptaan ini bukan sekadar entitas luar, melainkan juga bagian dari diri manusia itu sendiri. Artinya, setiap individu memiliki percikan Ilahi yang menuntunnya dalam perjalanan hidup.

Dalam konteks ini, manusia Jawa diingatkan untuk selalu ingat akan asal-usulnya. Hidup di dunia ini tidak lepas dari kesadaran bahwa segala sesuatu berasal dari Sang Pencipta. Oleh karena itu, orang Jawa dituntut untuk menghargai kehidupan sebagai anugerah dan menjalankannya dengan sikap rendah hati serta penuh rasa syukur. Kesadaran ini diharapkan menjadi fondasi dalam mengambil setiap langkah hidup agar selaras dengan hukum alam dan kehendak Tuhan.

Selain itu, sangkan juga mengajarkan bahwa setiap individu memiliki peran dalam siklus kehidupan. Dalam setiap langkah kehidupan, seseorang harus selalu bertanya: Apakah tindakan ini sesuai dengan asal-usul saya sebagai makhluk ciptaan Tuhan? Apakah saya telah melaksanakan tugas saya sebagai manusia yang sejati?

Sementara sangkan mengajarkan tentang asal-usul, paraning dumadi merujuk pada tujuan akhir manusia. Dalam ajaran Jawa, hidup bukanlah sekadar perjalanan linear dari lahir hingga mati, melainkan sebuah siklus besar yang terhubung dengan tujuan akhir yaitu kembali kepada Sang Pencipta. Ini adalah pemahaman bahwa hidup duniawi hanyalah sementara, dan yang abadi adalah kesadaran spiritual yang akan kembali ke asal-usulnya.

Namun, untuk mencapai paraning dumadi, manusia harus menjalani kehidupan dengan kesadaran spiritual. Ini bukan berarti meninggalkan kehidupan duniawi, tetapi menemukan keseimbangan antara dunia material dan spiritual. Dalam setiap aktivitas, orang Jawa diharapkan untuk selalu menjaga harmoni antara jiwa dan raga, antara keinginan duniawi dan kewajiban spiritual.

Proses ini sering kali digambarkan sebagai perjalanan menuju kebijaksanaan sejati, atau dalam istilah Jawa, nggayuh kawruh, mencapai pengetahuan tentang hakikat kehidupan. Manusia harus memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari kepemilikan materi atau status sosial, tetapi dari kedamaian batin yang diperoleh melalui penyatuan dengan kehendak Sang Pencipta.

Dalam kehidupan sehari-hari, konsep sangkan paraning dumadi tidak hanya dipahami sebagai teori spiritual, tetapi juga diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Jawa. Misalnya, dalam upacara tradisional seperti slametan atau selametan, di mana manusia secara simbolis mengakui asal-usul dan tujuan hidupnya. Dalam doa-doa dan ritual tersebut, masyarakat Jawa berusaha untuk terus mengingat bahwa hidup ini adalah titipan dan bahwa kita harus selalu siap untuk kembali kepada Sang Pencipta.

Selain itu, ajaran ini juga tercermin dalam cara orang Jawa menghadapi kematian. Kematian bukanlah akhir, melainkan bagian dari siklus kehidupan yang lebih besar. Konsep sangkan paraning dumadi mengajarkan bahwa kematian adalah saat kembalinya jiwa kepada asal-usulnya, sehingga harus diterima dengan penuh ketenangan dan keikhlasan. Rangkaian upacara setelah kematian, seperti tahlilan atau kirim doa, adalah cara untuk mengingatkan keluarga yang ditinggalkan tentang makna sejati kehidupan.

Di tengah arus modernitas yang kerap menekankan materialisme dan konsumsi, konsep sangkan paraning dumadi menjadi pengingat penting bagi manusia modern. Dalam hiruk-pikuk dunia yang semakin cepat, banyak orang kehilangan makna hidup dan terjebak dalam pencarian kebahagiaan semu melalui kekayaan, karier, atau popularitas. Ajaran Jawa ini menawarkan alternatif dengan mengajak kita untuk kembali pada esensi hidup: memahami asal-usul dan tujuan, serta menjalani kehidupan dengan keseimbangan antara dunia material dan spiritual.

Dengan menerapkan konsep sangkan paraning dumadi, manusia modern dapat menemukan kembali makna dalam kehidupan mereka. Ini adalah ajakan untuk tidak terjebak dalam pengejaran kebahagiaan duniawi yang sementara, tetapi untuk mencari kebijaksanaan yang lebih dalam, yang dapat membawa kedamaian batin dan kepuasan sejati.

Keterangan dunung dalam ajaran sangkan paraning dumadi menegaskan bahwa hidup adalah perjalanan menuju tujuan yang lebih tinggi. Dalam setiap langkah hidup, manusia harus ingat akan asal-usulnya dan selalu mempersiapkan diri untuk kembali ke Sang Pencipta. Dengan menjalani kehidupan yang penuh kesadaran, keseimbangan, dan kebijaksanaan, manusia dapat mencapai paraning dumadi—kembali ke sumber asalnya dengan damai. Ini adalah warisan ajaran Jawa yang tetap relevan dan bermakna di tengah dinamika kehidupan modern.

iklan

Pewarta : Redaksi Istana

Gambar Gravatar
Deskripsi tentang penulis berita di sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *