Deradikalisasi diIndonesia: Menghadapi Ancaman Radikalisme Berdasarkan Buku Radikalisme, Terorisme dan Deradikalisasi

oleh
iklan

Oleh: Mas Raden (Pemred Portalistana.Id)

Radikalisme dan terorisme telah menjadi ancaman nyata bagi keamanan dan kestabilan negara-negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Ancaman ini tidak hanya berdampak pada sektor keamanan, tetapi juga mempengaruhi tatanan sosial, ekonomi, dan budaya bangsa. Dalam konteks Indonesia, radikalisme sering kali dikaitkan dengan penggunaan kekerasan atas nama agama atau ideologi untuk mencapai tujuan-tujuan politik tertentu. Untuk menghadapi tantangan ini, berbagai upaya deradikalisasi telah dilakukan oleh pemerintah, lembaga keamanan, serta masyarakat sipil. Salah satu pandangan strategis mengenai cara menghadapi ancaman ini diuraikan dalam buku Radikalisme, Terorisme, dan Deradikalisasi yang ditulis oleh Irjen Pol Dedi Prasetyo, Asisten SDM Kapolri, bersama Gus Dawam, anggota Kompolnas. Buku ini menawarkan pandangan yang komprehensif tentang pendekatan deradikalisasi di Indonesia.

Dalam buku tersebut, Dedi Prasetyo dan Gus Dawam menjelaskan bahwa radikalisme adalah ancaman multidimensional. Radikalisme tidak hanya berbentuk ancaman fisik melalui aksi terorisme, tetapi juga ancaman ideologis yang mengincar lapisan masyarakat, terutama generasi muda. Kelompok-kelompok radikal menggunakan berbagai cara untuk menyebarkan ideologi ekstrem mereka, termasuk melalui media sosial, khotbah keagamaan, hingga kegiatan pendidikan informal. Salah satu poin penting yang diungkapkan oleh kedua penulis adalah bahwa radikalisme tidak bisa diatasi hanya dengan penegakan hukum yang keras. Pendekatan yang humanis, dialogis, dan preventif juga sangat diperlukan untuk menanggulangi penyebaran ideologi radikal.

Radikalisme seringkali berakar pada ketidakpuasan sosial dan politik, di mana individu atau kelompok merasa dipinggirkan, termarjinalisasi, atau kehilangan harapan terhadap sistem yang ada. Kondisi ini diperparah oleh situasi ekonomi yang tidak stabil dan ketimpangan sosial yang luas. Dalam konteks Indonesia, faktor-faktor ini sering kali dijadikan pintu masuk oleh kelompok radikal untuk merekrut anggota baru, terutama di kalangan masyarakat yang merasa tertindas atau terpinggirkan.

Salah satu tema utama yang diangkat dalam buku ini adalah pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam melawan radikalisme. Menurut Irjen Pol Dedi Prasetyo dan Gus Dawam, radikalisme hanya bisa dihadapi secara efektif melalui upaya bersama yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, lembaga keamanan, organisasi keagamaan, hingga masyarakat sipil. Program deradikalisasi tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus terintegrasi dengan kebijakan-kebijakan nasional yang lebih luas.

Dalam hal ini, peran pendidikan menjadi sangat penting. Pendidikan tentang nilai-nilai Pancasila dan wawasan kebangsaan harus diperkuat di semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Dengan meningkatkan pemahaman generasi muda tentang pentingnya persatuan, toleransi, dan kebhinekaan, masyarakat Indonesia diharapkan akan lebih tahan terhadap penyebaran ideologi radikal. Selain itu, kurikulum pendidikan juga harus disesuaikan untuk mengajarkan kepada siswa bagaimana cara berpikir kritis dan menilai informasi secara objektif, terutama dalam menghadapi maraknya propaganda yang disebarkan melalui media sosial.

Buku ini juga menyoroti bahwa deradikalisasi tidak bisa hanya bertumpu pada pendekatan represif. Pendekatan lunak yang melibatkan dialog dan penguatan nilai-nilai moderat dalam kehidupan beragama juga harus diterapkan. Dalam konteks ini, tokoh agama dan masyarakat memiliki peran kunci dalam mencegah penyebaran radikalisme. Mereka tidak hanya harus mengajarkan ajaran agama yang damai, tetapi juga harus aktif mengajak umat untuk berperan serta dalam menjaga kerukunan dan keutuhan bangsa.

Di Indonesia, agama sering kali menjadi instrumen yang digunakan oleh kelompok radikal untuk menyebarkan ideologi mereka. Oleh karena itu, peran tokoh agama sangat vital dalam melawan radikalisme. Menurut Dedi Prasetyo dan Gus Dawam, tokoh agama yang moderat harus terus didorong untuk berperan aktif dalam proses deradikalisasi, baik melalui ceramah, diskusi, maupun kegiatan sosial. Mereka harus bisa memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran agama dan menegaskan bahwa kekerasan tidak pernah menjadi solusi yang sahih dalam menyelesaikan masalah.

Selain tokoh agama, tokoh masyarakat juga memiliki peran penting dalam mencegah penyebaran radikalisme di lingkungan sekitar mereka. Tokoh masyarakat yang dihormati dan dipercaya oleh warganya dapat menjadi benteng pertama dalam menangkal masuknya ideologi radikal ke komunitas mereka. Oleh karena itu, pemberdayaan tokoh-tokoh lokal menjadi salah satu langkah penting dalam program deradikalisasi yang diusulkan oleh Dedi Prasetyo dan Gus Dawam.

Salah satu pendekatan kunci yang diuraikan dalam buku Radikalisme, Terorisme, dan Deradikalisasi adalah pendekatan humanis terhadap para mantan pelaku terorisme atau individu yang telah terpapar ideologi radikal. Pendekatan ini melibatkan proses pemulihan secara mental, sosial, dan ekonomi bagi individu-individu yang ingin kembali ke masyarakat. Dalam buku ini, Dedi Prasetyo menjelaskan bahwa tindakan represif terhadap pelaku terorisme tidak akan cukup untuk mengakhiri siklus kekerasan. Sebaliknya, upaya reintegrasi sosial yang efektif harus dilakukan agar individu yang pernah terlibat dalam kegiatan terorisme tidak kembali kepada ideologi ekstrem.

Pendekatan humanis dalam deradikalisasi juga mencakup pemberian dukungan psikologis dan sosial bagi mantan pelaku terorisme. Dukungan ini bertujuan untuk membantu mereka membangun kembali kehidupan yang lebih stabil dan positif. Dalam proses reintegrasi ini, masyarakat juga perlu berperan aktif dalam menerima kembali mantan pelaku terorisme, sehingga mereka tidak merasa diasingkan dan termarjinalisasi. Buku ini menegaskan bahwa masyarakat harus mampu memberikan kesempatan kedua bagi mereka yang ingin berubah dan berkontribusi positif kepada lingkungan sekitar mereka.

Meskipun berbagai program deradikalisasi telah dilakukan di Indonesia, masih ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya adalah resistensi dari sebagian masyarakat terhadap program-program deradikalisasi, terutama di wilayah-wilayah yang telah lama menjadi basis kelompok radikal. Dalam buku Radikalisme, Terorisme, dan Deradikalisasi, Dedi Prasetyo dan Gus Dawam menyoroti bahwa resistensi ini sering kali disebabkan oleh ketidakpercayaan terhadap pemerintah atau lembaga keamanan. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih inklusif dan dialogis harus terus dikembangkan untuk mengatasi hambatan ini.

Tantangan lainnya adalah penggunaan teknologi oleh kelompok radikal untuk menyebarkan propaganda mereka. Dalam era digital, internet telah menjadi medan pertempuran baru bagi kelompok-kelompok ekstremis. Media sosial, forum daring, dan situs web sering kali digunakan untuk merekrut anggota baru, menyebarkan ideologi radikal, dan mempromosikan aksi kekerasan. Oleh karena itu, program deradikalisasi di Indonesia harus terus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Upaya untuk memonitor dan menindak konten-konten yang berpotensi memicu radikalisme di dunia maya juga perlu diperkuat.

Buku Radikalisme, Terorisme, dan Deradikalisasi karya Irjen Pol Dedi Prasetyo dan Gus Dawam memberikan pandangan strategis tentang bagaimana radikalisme dan terorisme dapat diatasi di Indonesia. Melalui pendekatan yang komprehensif, mulai dari pendidikan hingga pemberdayaan tokoh agama dan masyarakat, serta reintegrasi sosial bagi mantan pelaku terorisme, buku ini menawarkan solusi yang berkelanjutan untuk mengatasi ancaman ideologis yang terus berkembang. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga pendidikan menjadi kunci dalam membangun daya tahan nasional terhadap radikalisme, sekaligus memperkuat nilai-nilai Pancasila dan kebangsaan di tengah keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia.

iklan

Pewarta : Redaksi Istana

Gambar Gravatar
Deskripsi tentang penulis berita di sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *