Terhalang Usia, Maftuhan Dipastikan Gagal Maju Sebagai Ketua PC GP Ansor Bojonegoro

oleh

Bojonegoro – Meski sempat menjadi perbincangan hangat sebagai calon kuat Ketua Pimpinan Cabang (PC) GP Ansor Bojonegoro, Maftuhan, kader GP Ansor asal Kecamatan Purwosari yang juga anggota DPRD Kabupaten Bojonegoro dari Fraksi Partai Gerindra, dipastikan tidak bisa mencalonkan diri. Hal ini disebabkan usianya yang telah menginjak 42 tahun pada 2025, melampaui batas usia maksimal yang ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) GP Ansor.

Maftuhan, yang lahir di Bojonegoro pada 11 September 1983, memiliki rekam jejak organisasi dan politik yang kuat. Namun, sesuai BAB VII Pasal 23 ART GP Ansor, salah satu syarat utama pencalonan Ketua PC GP Ansor adalah berusia tidak lebih dari 40 tahun pada saat dipilih. Dengan usianya saat ini, peluangnya untuk mencalonkan diri sebagai Ketua PC GP Ansor pun tertutup.

Dalam ART GP Ansor Bab VII Pasal 23, syarat pencalonan Ketua PC GP Ansor mencakup:

  1. Pernah menjadi pengurus GP Ansor di tingkat Pusat atau Wilayah minimal 4 tahun.
  2. Berusia tidak lebih dari 40 tahun pada saat dipilih.
  3. Berakhlak mulia, berprestasi, berdedikasi tinggi, dan loyal kepada organisasi.
  4. Aktif menjalankan organisasi.
  5. Telah lulus kaderisasi tertinggi di GP Ansor.

Batas usia ini menjadi salah satu syarat yang tidak dapat dinegosiasikan untuk menjaga regenerasi dan kesinambungan kepemimpinan dalam tubuh GP Ansor.

Meskipun Maftuhan tidak dapat mencalonkan diri, perhelatan pemilihan Ketua PC GP Ansor Bojonegoro tetap memunculkan nama-nama baru yang tak kalah menarik perhatian. Dalam dinamika pemilihan ini, regenerasi kepemimpinan menjadi fokus utama untuk menjaga keberlangsungan organisasi. Nama-nama lain yang turut mencuat di antaranya adalah M. Sueb, kader aktif GP Ansor asal Kecamatan Kapas yang juga Pemimpin Redaksi (Pemred) Radar Bojonegoro. Selain itu, ada Muhtadin, mantan Ketua PC IPNU Bojonegoro yang dikenal aktif dalam kegiatan keorganisasian dan memiliki jejaring luas.

Menurut pengamatan, selain kedua nama tersebut, masih banyak kader muda GP Ansor yang potensial dan diperhitungkan dalam berbagai diskusi informal, termasuk di warung kopi. Salah seorang kader Ansor yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan bahwa regenerasi di GP Ansor membuka peluang besar bagi kader-kader muda yang memiliki kompetensi dan dedikasi tinggi.

“Kang Maftuhan secara usia jelas tidak bisa, namun juga sudah ada sosok nama yang muncul juga kuat, itu Kang Sueb atau Muhtadin,” ungkapnya sambil menyeruput susu rempah hangat di sebuah warung kopi di Bojonegoro.

GP Ansor sebagai organisasi kepemudaan di bawah Nahdlatul Ulama (NU) terus menekankan pentingnya regenerasi. Regenerasi bukan hanya soal pergantian kepemimpinan, tetapi juga menciptakan inovasi dalam organisasi.

“Kepemimpinan dalam organisasi harus dijalankan sesuai prinsip regenerasi, sehingga bisa melahirkan kader yang lebih inovatif,” tegas salah satu tokoh senior GP Ansor.

Meski gagal mencalonkan diri sebagai Ketua PC GP Ansor Bojonegoro, Maftuhan tetap dipandang sebagai tokoh inspiratif. Sebagai anggota DPRD Bojonegoro, kontribusinya di dunia politik terus menjadi teladan bagi kader muda.

“Kang Maftuhan adalah contoh kader yang berhasil, meski tidak maju, saya yakin beliau tetap mendukung regenerasi di GP Ansor,” ujar salah seorang kader muda.

Proses pemilihan Ketua PC GP Ansor Bojonegoro kali ini diharapkan menjadi ajang regenerasi yang menghasilkan pemimpin-pemimpin muda potensial. Dengan munculnya nama-nama seperti M. Sueb dan Muhtadin, perhelatan ini semakin dinamis dan menarik perhatian banyak pihak.[den/red]

iklan

Pewarta : Mas Raden

Gambar Gravatar
Tulis Deskripsi tentang anda disini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *