Abdul Mu’ti : Tidak Gampang Masuk Angin Salah Satu Ciri Muslim Ideal Menurut Al Qur’an

oleh
iklan

JEPARA – Sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an, sosok muslim yang ideal selain memiliki keluasan dalam ilmu juga memiliki fisik yang kuat, tidak sakitan, dan tidak biasa kerokan karena masuk angin.

Demikian disampaikan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti pada, Kamis (27/4/2023) di acara Pengajian Akbar sekaligus Peresmian Gedung Dakwah Muhammadiyah ‘Umar Hasyim’ Blimbingrejo, Kabupaten Jepara.

Guru Besar Pendidikan Agama Islam ini menuturkan, selain memiliki keluasan ilmu yang tidak kalah penting untuk dimiliki seorang muslim adalah fisik yang kuat. Fisik yang sehat dan kuat menurutnya menjadi salah satu kunci generasi hebat.

Bastotan fil jismi itu artinya quatun fil jasadi fisiknya kuat, tidak sakit-sakitan, ora kakean kerokan, ora kakean masuk anginan. Karena kunci dari generasi yang hebat adalah generasi yang memiliki fisik yang sehat,” ungkap Abdul Mu’ti.

Mengutip pendapat tokoh, Mu’ti menyebut bahwa suatu bangsa akan rapuh apabila didalamnya terdapat dua masalah. Pertama adalah pemerintah yang korup, atau korupsinya merajalela dan yang kedua adalah ketika masyarakatnya sakit-sakitan.

Oleh karena itu pada kesempatan ini Abdul Mu’ti mengajak kepada jamaah yang hadir untuk bersama-sama membangun generasi umat, masyarakat dan bangsa yang sehat. Sehat dalam pandangan Islam memiliki tiga unsur.

Unsur pertama adalah keselamatan dalam beragama Islam dikenal sebagai agama keselamatan, di mana ajarannya juga mencakup tentang keselamatan fisik. Dalam Islam diperintahkan untuk beribadah secara tertib, namun tidak boleh beribadah secara ekstrim.

Unsur kedua adalah kesehatan atau keselamatan fisik, sebagaimana yang sering diminta dalam doa. Serta unsur yang ketiga adalah keselamatan melalui ilmu. “Tidak ada alasan untuk kita ini untuk tidak menambah ilmu kita, meningkatkan wawasan kita,” ungkapnya.

Usia lanjut, kata Mu’ti, tidak boleh menjadi alasan Warga Persyarikatan Muhammadiyah dalam menunda menuntut ilmu. Mencontohkan salah satu daerah di Banyumas, Mu’ti menceritakan bahwa Muhammadiyah di sana memiliki TPA yang isinya lansia di atas 60 tahun.

Dia menegaskan, bahwa di Muhammadiyah tidak boleh bekal akhirat itu digantungkan kepada orang lain, melainkan harus dicari sendiri dengan cara melakukan sebanyak-banyaknya amal salih. “Maka tidak ada alasan untuk terlambat bagi kita semua belajar,” ungkapnya.(wh/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *