Jejak Karier Khofifah Indar Parawansa: Dari Aktivis hingga Calon Gubernur Dua Periode

oleh
Foto Khofifah Indar Parawansa
iklan

KOTA SURABAYA – Khofifah Indar Parawansa bukanlah nama baru di panggung politik Indonesia. Dengan pengalaman lebih dari tiga dekade, Khofifah telah menorehkan berbagai prestasi di berbagai jabatan strategis. Kariernya yang panjang dan penuh warna ini menjadikannya salah satu figur penting dalam politik nasional, terutama di Jawa Timur, di mana ia saat ini menjabat sebagai Gubernur dan mencalonkan diri kembali untuk periode kedua dalam Pilkada 2024. Berikut adalah rangkuman perjalanan karier Khofifah yang mengantarkannya menjadi salah satu kandidat kuat dalam Pilgub Jatim 2024.

Khofifah memulai karier politiknya di usia muda dengan terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada tahun 1992. Pada periode ini, ia menunjukkan kapasitasnya dengan menjabat sebagai Pimpinan Fraksi PPP di DPR RI hingga tahun 1997. Khofifah juga dipercaya menjadi Pimpinan Komisi VIII DPR RI pada 1995 hingga 1997, sebuah posisi yang memungkinkannya untuk fokus pada isu-isu sosial, agama, dan pemberdayaan perempuan.

Pada periode 1997–1998, Khofifah beralih ke Komisi II DPR RI, yang menangani pemerintahan dalam negeri, otonomi daerah, dan reformasi birokrasi. Pindahnya Khofifah ke komisi ini menandakan perluasan bidang fokusnya, yang mencakup isu-isu penting terkait tata kelola pemerintahan.

Era Reformasi membawa perubahan besar dalam lanskap politik Indonesia, dan Khofifah adalah salah satu tokoh yang menonjol dalam periode ini. Pada 1999, ia diangkat menjadi Wakil Ketua DPR RI, sebuah posisi bergengsi yang menegaskan pengaruhnya di parlemen. Di tahun yang sama, Khofifah juga dipercaya sebagai Sekretaris Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di MPR RI.

Reputasi Khofifah yang semakin kuat di panggung nasional mengantarkannya pada posisi sebagai Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dalam Kabinet Persatuan Nasional yang dipimpin oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada tahun 1999. Dalam jabatan ini, Khofifah memperjuangkan hak-hak perempuan dan pengarusutamaan gender di berbagai lini pemerintahan. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), di mana ia berperan dalam mengimplementasikan kebijakan keluarga berencana yang pro-rakyat.

Namun, karier Khofifah di pemerintahan Gus Dur tidak berlangsung lama. Setelah Gus Dur lengser pada 2001, Khofifah kembali ke parlemen dan berfokus pada aktivitas legislasi. Dari 2004 hingga 2006, ia menjabat sebagai Ketua Komisi VII DPR RI, yang mengurusi isu-isu energi, riset, dan teknologi, serta lingkungan hidup. Pada saat yang sama, ia juga menjabat sebagai Ketua Fraksi PKB di MPR RI, memperkuat posisinya sebagai tokoh kunci dalam PKB.

Khofifah kembali ke kabinet pada 2014, kali ini di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo. Ia diangkat menjadi Menteri Sosial, posisi yang sangat strategis terutama dalam konteks program-program kesejahteraan sosial di Indonesia. Selama menjabat sebagai Menteri Sosial hingga 2018, Khofifah memimpin berbagai inisiatif untuk mengatasi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan sosial, termasuk program bantuan sosial yang lebih terintegrasi.

Pengalaman sebagai Menteri Sosial memperkuat reputasi Khofifah sebagai pemimpin yang peduli pada isu-isu sosial dan memiliki kemampuan eksekusi yang kuat. Ini menjadi modal besar bagi Khofifah saat memutuskan untuk maju dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur pada 2018. Dalam Pilgub tersebut, Khofifah berhasil memenangkan kontestasi dan dilantik sebagai Gubernur Jawa Timur pada 2019.

Sebagai Gubernur, Khofifah fokus pada berbagai program strategis untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur, kesejahteraan sosial, dan pendidikan di Jawa Timur. Kepemimpinannya selama lima tahun terakhir telah membawa banyak perubahan positif di provinsi tersebut, menjadikannya salah satu gubernur yang diakui secara nasional.

Dengan rekam jejak panjang dan beragam, Khofifah Indar Parawansa sekali lagi mencalonkan diri dalam Pilgub Jatim 2024. Sebagai Ketua Umum Muslimat Nahdlatul Ulama selama empat periode, Khofifah memiliki basis dukungan yang kuat, terutama dari kalangan perempuan dan umat Muslim di Jawa Timur. Pengalaman politik yang mendalam dan berbagai jabatan yang pernah diembannya menjadikan Khofifah sebagai kandidat yang sangat diperhitungkan.

Meskipun menghadapi tantangan dari dua kandidat perempuan lainnya, yaitu Tri Rismaharini dan Luluk Nur Hamidah, Khofifah tetap optimis dengan dukungan yang dimilikinya. Visi dan program yang diusungnya diharapkan dapat melanjutkan berbagai kemajuan yang telah dicapai selama masa jabatannya sebagai Gubernur Jawa Timur.

Pilgub Jatim 2024 akan menjadi ajang penting untuk melihat apakah Khofifah dapat mempertahankan posisinya sebagai Gubernur dan melanjutkan kiprah panjangnya di dunia politik Indonesia. Dengan modal pengalaman, jaringan yang kuat, dan dukungan luas, Khofifah siap untuk kembali memimpin Jawa Timur menuju masa depan yang lebih baik.[red]

iklan

Pewarta : Redaksi Istana

Gambar Gravatar
Deskripsi tentang penulis berita di sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *