Menghidupkan Kembali Etika Jawa Melalui Tradisi “Mlaku Mbungkuk”

oleh
iklan

Oleh: Mas Raden (Pemred Portalistana.Id)

Dalam budaya Jawa, perilaku “mlaku mbungkuk” merupakan simbol penting dari penghormatan dan sopan santun. Mlaku mbungkuk, yang secara harfiah berarti berjalan membungkuk, adalah tindakan fisik yang dilakukan seseorang ketika melewati orang yang lebih tua. Tradisi ini mengajarkan bahwa menghormati orang yang lebih tua tidak hanya diwujudkan melalui kata-kata, tetapi juga melalui sikap tubuh. Sayangnya, kebiasaan ini mulai memudar di kalangan generasi muda Jawa saat ini.

Dalam posisi mlaku mbungkuk, seseorang akan membungkukkan badannya ke bawah, meletakkan satu tangan di belakang pinggang, sementara tangan yang lain diluruskan ke depan. Ini disertai dengan ungkapan sopan seperti “nyuwun sewu, nderek langkung” yang berarti “permisi, saya hendak lewat.” Tidak hanya sekedar melewati dengan tubuh membungkuk, cara berjalan ini dilakukan dengan perlahan, menandakan rasa hormat yang mendalam. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa seseorang menempatkan dirinya lebih rendah dan memberikan tempat bagi orang yang lebih tua. Inilah esensi dari sopan santun yang terkandung dalam tradisi mlaku mbungkuk.

Filosofi di Balik Mlaku Mbungkuk

Jika kita telaah lebih jauh, mlaku mbungkuk bukanlah sekedar etika fisik. Ini adalah cerminan dari bagaimana seseorang memandang hierarki sosial dan bagaimana orang muda diharapkan untuk selalu menempatkan orang yang lebih tua di posisi terhormat. Dalam masyarakat Jawa yang sangat menghargai keteraturan sosial, interaksi ini merupakan cara untuk menjaga keharmonisan dalam komunitas. Orang tua dihormati sebagai penjaga nilai-nilai dan pengetahuan yang berharga, sementara yang muda diharapkan menghormati mereka dan belajar dari kebijaksanaan yang mereka miliki.

Sikap membungkukkan badan saat melewati orang yang lebih tua, meskipun terlihat sederhana, memiliki makna yang sangat mendalam. Tindakan ini menandakan rasa rendah hati dan kesadaran bahwa ada nilai-nilai yang harus dihormati. Bahkan dalam konteks modern, di mana interaksi sosial berubah begitu cepat, mlaku mbungkuk tetap relevan sebagai salah satu bentuk pendidikan karakter yang kuat.

Etika yang Memudar di Kalangan Generasi Muda

Namun, di tengah perkembangan zaman, etika seperti mlaku mbungkuk semakin terpinggirkan. Anak-anak muda Jawa masa kini, banyak yang menganggap perilaku seperti ini tidak lagi penting. Mereka lebih cenderung mengikuti budaya luar yang dianggap lebih modern dan “bebas.” Berjalan seenaknya di depan orang yang lebih tua tanpa memedulikan norma kesopanan adalah hal yang kian sering kita jumpai. Ketidakpedulian ini mengisyaratkan hilangnya rasa malu atau dalam bahasa Jawa disebut “ora perkewuh.”

Hilangnya kebiasaan ini tidak lepas dari pengaruh budaya luar yang semakin kuat masuk ke dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak muda kini lebih terpapar pada gaya hidup yang lebih individualistis, di mana penghormatan terhadap orang yang lebih tua tidak lagi menjadi prioritas. Dalam situasi ini, tradisi seperti mlaku mbungkuk dianggap usang dan tidak relevan lagi.

Perlunya Pemahaman dan Seleksi Budaya

Dalam menghadapi fenomena ini, penting bagi kita untuk lebih bijaksana dalam memilih budaya yang masuk. Tidak semua hal yang datang dari luar harus diterima begitu saja. Ada nilai-nilai yang sudah lama tertanam dalam budaya kita yang seharusnya dipertahankan. Budaya Jawa, khususnya dalam hal etika dan sopan santun, memiliki banyak hal baik yang harus kita wariskan kepada generasi berikutnya.

Kita harus menyadari bahwa budaya luar tidak selalu cocok dengan nilai-nilai yang kita anut. Dalam konteks mlaku mbungkuk, kita seharusnya mempertahankan esensinya sebagai bentuk penghormatan yang tidak hanya relevan dalam budaya Jawa, tetapi juga universal. Menghormati yang lebih tua adalah nilai yang diakui di berbagai budaya di seluruh dunia. Namun, cara kita melakukannya, seperti dalam tradisi mlaku mbungkuk, adalah bagian unik dari identitas kita sebagai orang Jawa.

Menghidupkan Kembali Nilai-Nilai Jawa

Menghidupkan kembali tradisi mlaku mbungkuk tidak hanya penting untuk mempertahankan identitas budaya, tetapi juga untuk memperkuat karakter generasi muda. Di tengah gempuran arus globalisasi, kita tidak boleh kehilangan jati diri sebagai orang Jawa. Ada banyak hal yang bisa kita serap dari luar, tetapi seleksi yang cermat perlu dilakukan agar tidak merusak fondasi nilai-nilai luhur kita.

Dalam konteks ini, keluarga memainkan peran penting sebagai penjaga dan penerus tradisi. Orang tua harus kembali mengajarkan anak-anak mereka tentang pentingnya sopan santun dan penghormatan, termasuk melalui perilaku seperti mlaku mbungkuk. Pendidikan formal juga bisa ikut berperan dengan memperkenalkan kembali etika-etika tradisional dalam pembelajaran.

Mlaku mbungkuk adalah salah satu bentuk sopan santun dalam budaya Jawa yang kini semakin pudar di kalangan generasi muda. Meskipun terlihat sepele, etika ini sebenarnya menyimpan nilai-nilai penghormatan yang mendalam terhadap orang yang lebih tua. Di era modern ini, kita harus lebih selektif dalam menerima pengaruh budaya luar agar tidak kehilangan jati diri. Menghidupkan kembali tradisi ini bukan hanya tentang menjaga warisan budaya, tetapi juga tentang membentuk karakter generasi muda yang menghormati dan menghargai sesamanya.

iklan

Pewarta : Redaksi Istana

Gambar Gravatar
Deskripsi tentang penulis berita di sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *