Mengurai Makna Hadirnya Syawal

oleh
iklan

Oleh: Usman Roin ( Dosen Prodi PAI Unugiri )

GEMA-takbir berkumandang di masjid, musala kala 1 Syawal 1445 H tiba. Selian di masjid-musala, kalan-jalan juga ikut ramai dengan gema serupa.

Bedanya, bila di musala-masjid gema takbir didengungkan melalui speaker toa, semantara di jalan menggunakan sound sistem.

Bedanya pula bila di masjid, musala, yang mengumandangkan adalah orang tua, remaja, hingga anak-anak secara bergantian. Kalau kumandang takbir menyambut idulfitri yang di jalan terkadang tinggal play takbiran dari youtube sambil sesekali teriak “Allahu Akbar.. 3x.”

Perilaku tersebut hakikatnya sama, memeriahkan malam Idulfitri 1445 H. Terlebih, idulfitri 2024 kali ini serentak mulai baik pemerintah, NU, Muhammadiyah.

Bila ada yang lebaran dulu sebagaimana jemaah Aolia Gunungkidul pada Jumat (5/4/24), kemudian Tarekat Sattariyah Nagan Raya, Aceh, pada Senin, (8/4/24), lalu jemaah An-Nadzir, Gowa, Sulawesi Selatan, yang melaksanakan Selasa (9/4/24) itu soal lain dan biarlah. Biar MUI dan Kemenag yang memberi perhatian.

Berganti Syawal

Kini, Ramadan telah berganti Syawal. Selama ramadan, tentu banyak hal yang kita semua dapatkan. Mulai dari semangat menempa lapar fisik-psikis hingga malamnya larut berjamaah salat isya’, sunah tarawih, dan witir.

Bahkan, disepuluh hari terakhir masjid-masjid ramai oleh jamaah yang sedang ingin betul-betul membaca Qur’an, tahajud, dengan niatan agar bisa berjumpa malam lailatul qodar.

Kini, Syawal telah hadir. Makna Syawal sendiri adalah meningkat. Artinya, perilaku baik yang dilakukan salama bulan Ramadan, pada Syawal serta bulan-bulan berikutnya kudu ditingkatkan serta bisa dijaga keistikamahannya.

Jika demikian, peningkatan ibadah mahdoh-ghoiru mahdoh bukan sekadar kala Ramadan saja, yang kemudian selesai Ramadan berakhir begitu saja. Apalagi, hakikat Ramadan adalah sarana membina kebiasaan diri ibadah kita menjadi karakter.

Dalam bahasa lain, Shofwan Al Banna: 131, menjelaskan bila hadirnya Ramadan juga memiliki tujuan untuk memproduksi pribadi yang lebih berkualitas dari kondisi sebelumnya.

Karenanya, bila diumpamakan pubrik, inputnya adalah “kita sebelum Ramadan”, prosesnya adalah “Ramadan”, dan hasilnya adalah “kita setelah Ramadan” yang diharapkan mencapai level takwa.

Dengan demikian, bila pada proses yang berjudul Ramadan itu berhasil, kualitas outpunya pasti lebih bagus daripada kualitas inputnya.

Kita tentu sering diingatkan oleh Hadis kanjeng Nabi Muhammad Saw, bilamana terdapat pribadi hari ini lebih buruk dari kemarin, itu tandanya orang tersebut mengalami kebangkrutan.

Kemudian bila terdapat pula pribadi yang hari ini sama dengan kemarin, tandanya pribadi tersebut masih rugi. Baru kemudian dikatakan pribadi yang beruntung, bila kini lebih baik daripada kemarin.

Jika demikian, tentu momentum Syawal menjadi tolak ukur awal agar ibadah senantiasa berjamaah, tepat waktu, kemudian rutin membaca Al-Qur’an, ringan mendermakan harta, juga menjadi prilaku serupa pasca Ramadan yang startnya di Syawal ini.

Silaturahim

Selain start meningkatkan kembali amaliah yang lalu (Ramadan) telah di gembleng, Syawal juga identik dengan bermaaf-maafan.

Dalam kehidupan sosial keseharian, ketersinggungan dengan orang lain banyak terjadi. Baik sengaja dilakukan maupun tidak.

Karenanya, momentum Syawal adalah sarana kolosal untuk bermaaf-maafan antara sesama orang tua, muda-remaja, serta anak-anak, guna saling meminta dan menerima maaf terhadap salah yang dilakukan.

Tidak sekadar bermaaf-maafan saja, tetapi juga bisa saling berkunjung antar ruman kerumah dari tetangga, serta handai taulan. Apalagi, masing-masing rumah telah menyiapkan jajalan khasnya sendiri-sendiri. Belum lagi uang baru untuk kategori anak-anak manakala dibawa silaturahim.

Tentu seliun senda gurau lebih gayeng, anak-anak juga kantongnya tebal. Oleh karena, dari satu rumah ke rumah banyak nyangoni. Sehingga hadirnya silaturahim selain melebur dosa, juga mendapat cuan yang menjadi semangat tersendiri anak-anak.

Akhirnya, melalui secuil tulisan ini, izinkan penulis sampaikan ucapan selamat idulfitri 1445 H, mohon maaf atas segala khilaf.

iklan

Pewarta : Redaksi Istana

Gambar Gravatar
Deskripsi tentang penulis berita di sini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *