Oleh : Mustofa,S.H. (Ketua Majelis Hukum dan HAM PDM Pemalang)
Muhammadiyah didirikan oleh seorang ulama bernama K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Agustus 1912 di Yogyakarta. Dahlan adalah seorang pemikir Islam yang terinspirasi oleh gerakan reformis dan memiliki visi untuk menghidupkan kembali Islam yang murni dan menghilangkan praktik-praktik yang dianggap bid’ah atau sesat.
Maksud dan tujuan Muhammadiyah adalah menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sementara itu, Muhammadiyah merupakan gerakan Islam dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid (pembaruan tentang pokok ajaran Islam) yang bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah as-Sohihah.
Dalam sejarah berdirinya Muhammadiyah punya peran besar dalam memberikan solusi kepada Umat dan bangsa dalam waktu itu pemberdayaan kaum mustadafin dengan pembelajaran surat Al Ma’un yang diberikan langsung oleh sang Pendiri Muhammadiyah yaitu Kyai Haji Ahmad Dahlan sebagai pembaharu guna mengentaskan kemiskinan ilmu maupun harta benda umat.
Tak lain dari apa yang dilakukan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan adalah memberikan edukasi tentang nilai Ketuhanan dan kebangsaan, karena pada awal berdirinya Muhammadiyah ada gejolak penjajahan oleh bangsa Asing Yaitu Belanda, Inggris, Jepang.
Dengan dakwah pada pendekatan Keilmuan tentang Ketuhanan dan kebangsaan untuk memotivasi bangsa Indonesia guna punya bekal ilmu serta nilai keagamaan agar penjajah bisa terusir dari bumi Indonesia.
Dari semua pemikiran dan Ijtihad Kyai Haji Ahmad Dahlan semuanya untuk pengabdian agama dan bangsa Indonesia.
Dan Ahmad Dahlan menanamkan nilai Keindonesiaan bergaul semua komponen anak bangsa tanpa membedakan Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan.
Beliau Ahmad Dahlan berkomunikasi dengan Budi Utomo, para Pastur serta komunitas lain demi semata untuk Indonesia.
Nilai Kesatuan serta Kebhinekaan yang dijunjung tinggi oleh pendiri Muhammadiyah Kyai Haji Ahmad Dahlan.
*Kiprah Muhammadiyah dalam era kemerdekaan*
Dalam era Kemerdekaan pada fase tahun 1945 banyak tokoh Muhammadiyah berkecimpung dalam penataan dasar negara sebagai bagian ide dan gagasannya guna mempersiapkan segala sesuatu berkenaan dengan pondasi bangsa Indonesia yaitu konsep tentang negara dan dasar negara yaitu Pancasila.
Seorang Ir Soekarno kader Muhammadiyah sekaligus sang Proklamator kemerdekaan Indonesia memberikan kontribusi besar tentang dasar Pancasila, sebagai nilai fundamental bangsa Indonesia.
Selain itu, Bung Karno atau Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia, dan Prof. Abdul Kahar Muzakkir, serta Sukiman Wiryosanjoyo merupakan anggota Muhammadiyah. Peran Ki Bagus Hadikusuma selama masa penyesuaian ulang Piagam Jakarta menjadi Pancasila sangat besar.
Ki Bagus Hadikusumo merupakan pemimpin Muhammadiyah yang besar andilnya dalam penyusunan Muqadimah UUD 1945, karena ia termasuk anggota Panitia Persiapan Kemerdekan Indonesia (PPKI). Peran Ki Bagus sangat besar dalam perumusan Muqadimah UUD 1945 dengan memberikan landasan ketuhanan, kemanusiaan, keberadaban, dan keadilan.
Ki Bagus Hadikusuma, merupakan tokoh Islam yang sangat penting selama masa konsolidasi konstitusi Indonesia. Ia setidaknya terlibat dalam dua hal selama menjadi anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan PPKI. Pertama, berkaitan dengan wacana “negara berdasarkan ajaran Islam”, yakni tawaran negara yang mengadopsi nilai-nilai Islam bersama perwakilan muslim lainnya. Kedua, berkaitan dengan perumusan Piagam Jakarta dan Pancasila. Memperjuangkan konsep “negara berdasarkan ajaran Islam” adalah upaya konstitusional pertama untuk mempraktikkan politik Islam. Meski tidak bisa dilakukan karena Ki Bagus Hadikusuma dan pemimpin organisasi Islam serta Masyumi lainnya memaklumi pentingnya nilai keragaman, misi ini tetap berhasil sebagai etika publik Islam yang toleran, moderat dan inklusif. Berkaitan dengan itu, Ki Bagus Hadikusuma juga berperan penting menentukan narasi sila pertama dalam Pancasila.
(Muhammadiyah dan Pancasila Ki Bagus Hadikusumo dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa.Muarif, Berita Muhammadiyah, Jum’at, 7 Agustus 2020)
Peran kader Muhammadiyah pada era kemerdekaan punya kunci penting dalam menata bangsa terutama penyiapan konsep dasar negara dengan kesesuaian nilai-nilai kemajemukan, keberagaman bangsa Indonesia.
Muhammadiyah pada era kemerdekaan mementingkan nilai kohesivitas bangsa Indonesia.
Konsep dasar negara mengakomodir seluruh potensi semua golongan dari sabang sampai merauke guna membangun semangat moderasi.
Itu kunci kader Muhammadiyah yang bisa mewarnai pola pikir kebangsaan yang mengedepankan nilai kesatuan, Muhammadiyah faham akan Keindonesiaan sebagai bagian nilai pluralitas keberagaman bangsa Indonesia.
Pemikiran di miliki kader Muhamadiyah pada era kemerdekaan adalah kesejukan demi negara Kesatuan Republik Indonesia.
*Muhammadiyah dan Semangat Kebangsaan*
Muhammadiyah menyebut bangunan permusyawaratan yang membentuk Indonesia sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah, artinya Negara kesepakatan dari perjanjian yang disepakati.
Darul Ahdi Wa Syahadah adalah keputusan Muktamar Di Makassar yang ke 47 tahun 2015.
Isu strategis tentang relasi hubungan Muhammadiyah dan negara terutama tentang dasar negara Pancasila.
Bahwa dasar Pancasila telah final karena udah disepakati.
Muhammadiyah sangat mampu dalam mengintegrasikan nilai-nilai intelektual, keislaman, modernitas, dan nasionalisme, sehingga bisa memberikan konsep kenegaraan yang bisa diterima semua pihak dengan berlandaskan Pancasila dalam mengimplementasikan Ke Indonesiaan sebagai bagian penerjemahan Darul Ahdi Wa Syahadah.
Semangat kebangsaan Muhammadiyah yaitu hadirnya sebuah Amal Usaha Muhammadiyah dari sabang sampai merauke guna memberikan pelayanan kepada seluruh warga negara Indonesia tanpa membedakan Suku, Agama, Ras dan Golongan.
Amal Usaha Muhammadiyah dari Pendidikan,Kesehatan, Ekonomi, pelayanan ketika ada kebencanaan itu semua adalah pengabdian Muhammadiyah kepada bangsa dan negara Indonesia.
Dakwah Muhammadiyah adalah bil lisan juga bil hal, meminjam istilah AllahuYarham Buya Syafii Ma’arif kata dan laku Muhammadiyah ada kesesuaian dengan kenyataan.
Itu semua karena niat yang ikhlas Muhammadiyah dalam membangun bangsa tentang KeIndonesiaan.
Potret Muhammadiyah tentang KeIndonesiaan yaitu semua karena faham akan nilai kemajemukan, Keberagaman serta Kebhinekaan.
Apapun yang dilakukan Muhammadiyah demi semata membangun relasi dengan negara bagian dari semangat Hubbul Wathan Minal Iman kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUDN RI 1945.