JAKARTA – Pimpinan Pusat Muhammadiyah menerima silaturahim Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jl. Menteng Raya 62, Jakarta Pusat, Rabu (5/4).
Panglima TNI datang bersama jajarannya. Mereka disambut langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir bersama pimpinan Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah yang lain.
Berlangsung lebih dari satu jam, pertemuan ini menurut Haedar Nashir membahas masalah kebangsaan. Terutama merawat memori sejarah terkait ikatan psikologis dan ikatan ideologis antara TNI dan Muhammadiyah.
“Tentu karena kami ini Muhammadiyah dengan TNI punya sejarah khusus di mana Jenderal Sudirman adalah kader utama Muhammadiyah yang juga menjadi Panglima Besar Panglima TNI pertama sehingga ada kedekatan psikologis dan kedekatan ideologis. Di mana sisi ideologisnya adalah semangat Muhammadiyah ada di tubuh TNI ketika Sudirman hadir memulai. Dan juga sama, semangat kenegarawanan dan kebangsaan TNI itu ada di jiwa Muhammadiyah,” ungkapnya.
Dari konteks itu, ada tiga masalah kebangsaan yang dibahas pada pertemuan ini. Yakni soal penguatan TNI dan kedaulatan bangsa di bidang maritim, pembangunan di daerah 3 T (terdepan, terluar, tertinggal), dan pra kondisi jelang tahun politik 2024.
Muhammadiyah, kata Haedar siap untuk meningkatkan kerja sama dengan TNI dalam masalah-masalah tersebut.
“Pertama, kita bareng-bareng menyelesaikan masalah bangsa secara bersama karena kita tidak bisa sendiri soal Papua, soal ketertinggalan di kawasan-kawasan tertentu di mana Muhammadiyah hadir dengan gerakan-gerakan pendidikan, kesehatan, dan TNI juga dengan gerak untuk di kawasan-kawasan itu,” terangnya.
“Kedua, menyangkut kedaulatan bangsa kita menyangkut maritim, tentang bagaimana menjaga kita dari berbagai gangguan dari luar dan lain sebagainya di mana kami berharap pada TNI, dan tentu pemerintah secara keseluruhan untuk memperkuat TNI termasuk peralatan-peralatannya dan segala sesuatunya, termasuk anggarannya agar TNI ini betul-betul kuat sebagai alat negara dan TNI ni memperoleh trust yang tinggi dari masyarakat sampai saat ini,” imbuh Haedar.
“Ketiga, kita punya gawe bersama pemilu 2024. Kami punya pandangan yang sama bahwa TNI sebagai alat negara bersama Polri harus betul-betul mengayomi seluruh warga bangsa dan mewakili negara posisinya netral dan bahkan lebih dari itu bisa menjadikan pemilu itu menjadi proses demokrasi yang menyatukan bangsa kita walaupun berbeda pilihan dan tidak mengganggu persatuan nasional,” pungkasnya.
Menyambung Haedar, Panglima TNI, Laksamana Yudo Margono menyatakan komitmen untuk memperkuat kerja sama dengan Muhammadiyah pada bidang pembangunan manusia.
“Tugas TNI melaksanakan pembinaan teritorial, tentunya Muhammadiyah juga punya, terdiri dari dokter dan sebagainya untuk bisa kita kerjasamakan dan melaksanakan komunikasi bersama pembinaan teritorial di daerah-daerah, khususnya daerah-daerah perbatasan dan juga di Papua. Tadi juga dibicarakan, Muhammadiyah kan juga punya sekolah-sekolah, universitas di Papua. Yakni kita berharap bisa dikembangkan, nanti bisa kerjasama dengan pemerintah untuk kita bantu tentang pengamanannya dan lain sebagainya,” tegasnya.
“Tentang pemilu juga demikian. Tadi kita bicara tentang netralitas. Saya selalu sampaikan bahwa saya menjamin TNI harus netral di tahun 2024. Dan selebihnya kami juga menyaring aspirasi dari para senior, tentunya bagi masukan kami untuk menjadikan TNI ke depan yang lebih baik,” pungkas Yodo.(lsn/red)