Rekam Jejak Sejarah Di Istana Kepresidenan Daerah Istimewa Yogyakarta

oleh
iklan

Yogyakarta – Istana Kepresidenan Yogyakarta terletak di jantung kota Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di sudut Barat Laut Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Kawasan Istana berada di Kalurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Istana Kepresidenan Yogyakarta juga disebut dengan Gedung Agung. Penamaan ini berkaitan dengan fungsinya untuk menerima tamu-tamu agung negara. Gedung Agung juga menjadi saksi peristiwa bersejarah pada masa awal berdirinya Republik Indonesia. Seperti pelantikan Jenderal Soedirman sebagai Panglima Besar TNI, digunakan oleh Presiden Soekarno selama 3 tahun ketika ibu kota negara berpindah ke Yogyakarta.

Istana Kepresidenan Yogyakarta dibangun sejak ditandatanganinya Perjanjian Giyanti, yaitu setelah berdirinya Kasultanan Mataram pada 13 Februari 1755. Gedung Agung mulai dibangun ketika Residen (I) Cornelis Donkel (1755-1761) menjadi Admistrator Kepala Daerah. Pembangunan Gedung yang megah ini memakan waktu cukup lama yaitu sekitar 30 tahun. Dibangun di pekarangan luas dan disebut dengan Loji Kebon (Tuinlogie).

Pada masa Kolonial Belanda Loji Kebon mengalami beberapa kali renovasi. Pembangunan Kembali dimulai pada masa Residen ke-18, Anthoni Hendriks Smissaert tahun 1823 – 1825. Hingga pada masa Residen ke-44, Jacob Hendrik Liefinck (1911-1915), dia menambahkan beberapa bangunan baru dengan maksud menyempurnakan ataupun menyederhanakan gedung tersebut. Setelah masa Kolonial Belanda, Jepang mulai masuk ke Kota Yogyakarta pada 3 Maret 1942. Loji Kebon digunakan sebagai Tyookan Kantai atau kediaman bagi pemimpin Jepang yang disebut Koochi Zimmukyoku Tyookan. Tiga tahun kemudian masa pendudukan Jepang berakhir dan Bendera Merah Putih berkibar di Gedung Agung.

Pada 29 Oktober 1945 gedung tersebut digunakan untuk Kantor Komite Nasional Indonesia (KNI) Provinsi DIY. Hingga kemudian digunakan sebagai kantor Presiden ketika Ibu Kota Negara berpindah ke Yogyakarta. Gedung Agung menjadi pusat berbagai kegiatan dan menerima tamu kenegaraan. Mulai dikelola oleh Kementerian Sekretariat Negara RI sejak 8 Agustus 1973. Secara resmi menjadi kediaman Presiden dan Wakil Presiden RI sekaligus untuk menerima tamu negara sekaligus akomodasinya.

Selain itu Gedung Agung juga memiliki fungsi sebagai tempat pelaksanaan Upacara Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI sejak 17 Agustus 1991 hingga sekarang. Dalam rangkaian peringatan tersebut juga dilaksanakan parade senja setiap sore harinya.

Bangunan-bangunan penting yang berada di dalam Kompleks Instana:

  • Gedung Utama dengan beberapa ruangan penting seperti Ruang Garuda, Ruang Diponegoro, Ruang Sudirman, Ruang Kesenian dan Ruang Makan VVIP.
  • Wisma Negara
  • Wisma Indraprasta
  • Wisma Sawojajar
  • Wisma Bumiretawu
  • Wisma Saptapratala
  • Gedung Senisono

Gedung Agung juga memiliki Museum dengan banyak koleksi benda-benda seni bersejarah. Terdapat banyak koleksi lukisan bertemakan revolusi perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Pengunjung bisa melihat peran Gedung Agung di era perjuangan. Sekitar tahun 1946 hingga 1949 ketika Yogyakarta menjadi Ibu kota negara. Kala itu banyak seniman nasional yang mengabadikan perjuangan rakyat Indonesia. Di antaranya ada Affandi, S. Sudjojono, Dullah, dan Kartono Yudhokusumo. Biasanya museum dibuka untuk umum dengan mengirimkan surat secara resmi terlebih dahulu. Pengunjung harus berpakaian rapi. Tapi semenjak pandemi masih ditutup hingga saat ini.(Den/Red)

iklan

Pewarta : Mas Raden

Gambar Gravatar
Tulis Deskripsi tentang anda disini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *