Seminar Merajut Nusantara, Kenali Empat Pilar Literasi Digital

oleh
Foto : Abdul Muhaimin Iskandar Wakil Ketua DPRRI yang Juga Ketua Umum DPP PKB Saat tengah menyampaikan materinya.
iklan

Kota Semarang – Sebanyak 200 orang mengikuti Seminar Merajut Nusantara melalui Zoom Meeting, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bekerjasama dengan Komisi I DPR RI, Senin (20/5/2024).

Komandan Brigade Infantri 27 Nusa Ina, Komando Daerah Militer XV/Pattimura Kolonel Eko Bintara Saktiawan hadir sebagai salah satu peserta dalam Web Seminar (Webinar) bertema _Budaya Komunikasi Digital dalam Masyarakat Indonesia_ ini.

Narasumbernya adalah Anggota Komisi I DPR RI Dr Abdul Muhaimin Iskandar M.Si, Pegiat Literasi Digital Gun Gun Siswadi dan Direktur Institut Kebangsaan Dr Achmad Maulani.

Abdul Muhaimin Iskandar dalam paparannya menyampaikan pentingnya mengambil manfaat teknologi informasi untuk hal-hal yang berguna, dengan inovatif dan kreatif.

“Mari kita menjadi bagian yang produktif dan ikut memarnai ruang-ruang digital untuk sesuatu yang bermanfaat,” kata anggota Komisi I DPR RI ini.

Berikutnya, Doktor Gun Gun Siswadi menyampaikan materi berjudul “Budaya Komunikasi Digital Masyarakat Indonesia”.

Dia mengemukakan pengguna internet di Indonesia per Januari 2024 sebanyak 221,5 juta dari total populasi 278,6 juta. Yang berarti lebih dari 70% penduduk Indonesia memakai internet setiap harinya.

Ia menyampaikan hasil laporan Survei Penetrasi Internet Indonesia (APJII) yang dirilis 31 Januari 2024.

“Tantangan era digital adalah terjadi banjir informasi. Bahkan ada yang menyebut tsunami informasi. Banyak masyarakat mengonsumsi konten hoax, ujaran kebencian, pornografi, radikalisme, perjudian, SARA, penipuan dan sebagainya,” ucap Gun Gun yang pernah menjabat sebagai Staf Ahli Menkominfo RI tahun 2016-2019 itu.

Selanjutnya, kata Siswadi, dampak buruk era digital membuat media sosial menjadi kontra produktif, karena digunakan untuk hal-hal tidak bermanfaat.

Dia sebutkan, literasi digital perlu disampaikan kepada masyarakat secara luas. Dia menjelaskan 4 pilar literasi digital, yaitu:

1. Digital Skill

Memahami Perangkat Keras & Lunak TIK, serta Sistem Operasi Digital;

2. Digital Culture

Mampu membangun wawasan kebangsaan dalam berinteraksi di ruang digital;

3. Digital Ethics

Menyesuaikan diri , rasional & mengutamakan netiket;

4. Digital Safety

Meningkatkan kesadaraan perlindungan & keamanan data pribadi.

Dijelaskannya, etika internet (netiquette alias netiket, kependekan dari “network etiquette” atau “Internet etiquette”) adalah sopan-santun berkomunikasi di internet, seperti dalam chating, kirim pesan, menulis status Facebook, “berkicau” di Twitter, mengisi kontek blog, website, atau YouTube, dan berkomentar di media online (situs berita).

“Etika internet dapat pula dipahami sebagai adab pergaulan di dunia maya,” terangnya.

Lebih lanjut Gun Gun Siswasi menyampaikan, etika Internet pada dasarnya sama dengan etika berkomunikasi di dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari, seperti jujur, sopan, ramah, serta memilik kata-kata yang baik, jjelas dan mudah dimengerti.

Sementara itu, Doktor Achmad Maulani memaparkan makalah bertema Manusia dalam Revolusi Digital, Membangun Komunikasi di Era Digital.

Dia beberkan, dii tengah gempuran media digital yang mendisrupsi dan merestrukturisasi semua lini kehidupan, modernitas telah menciptakan satu hukum baru. Yaitu media sosial seolah sebagai sumber segala kebenaran.

Maulani menyatakan, media sosial tidak pernah berwajah tunggal (single face), tapi berwajah banyak (multi face). Untuk itulah kesadaran kritis mutlak diperlukan.

“Kita harus bijak menggunakan media sosial. Harus punya kesadaran kritis,” tegasnya.[Alif/red]

iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *