Pidato Lengkap Gus Imin di Parade dan Apel Pancasila Sakti 2023

oleh
iklan

Jakarta – Hari ini kita peringati Kesaktian Pancasila. Di hari ini sebagai bangsa kita selayaknya bersyukur karena memiliki Pancasila sebagai falsafah hidup, sebagai tuntunan. Tidak semua bangsa memiliki falsafag hidup. Tak banyak bangsa yang memiliki falsafah hidup atau filosofi kebangsaan seperti Pancasila. Karena itulah kita jadikan hari ini, 1 Oktober sebagai Hari Besar. Hari untuk bersyukur.

Mengapa kita perlu peringatan Hari Kesaktian Pancasila? Salah satu sebabnya: Sebagai pribadi, sebagai masyarakat dan sebagai bangsa kerapkali kita tidak menganggap penting sesuatu yang kita miliki semata-mata lantaran sesuatu itu sudah lama ada pada kita atau bersama kita. Begitulah hubungan kita dengan Pancasila. Kita bisa terjebak melupakan arti penting dan nilai besar Pancasila karena sehak kita merdeka Pancasila sudah ada bersama kita.

Padahal, Pancasila adalah sesuatu yang amat bernilai yang kita miliki. Bukan hanya itu, bahkan dunia pun mengagumi Pancasila.

Kekaguman dunia itu bukan omong kosong. Bukan halusinasi. Pada 30 September 1960, Proklamator Bung Karno menyampaikan pidato bersejarah di depan Sidang Umum PBB. Dalam pidato yang dijuduli Bung Karno Membangun Dunia Kembali (To Build The World A New) itu Bung Karno menperkenalkan Pancasila sebagai Falsafah hidup Bangsa Indonesia. Pancasila disebut sebanyak 23 kali oleh Bung Karno.

Sejak itu, mata dunia terbuka pada bernilainya Pancasila. Pancasila menjadi sumber kekaguman banyak bangsa-bangsa di dunia.

Bahkan seorang Guru Besar Ilmu Politik dari Universitas Dortmund, Jerman, Prof Thomas Meyer, menyebut Pancasila sebagai Dasar Negara terbaik di dunia di abad 21. Apresiasi Prof Meyer ini disampaikannya pada 19 September 2017, saat ia berbicara dalam sebuah seminar internasional.

Jadi sekali lagi, mari kita jadikan Hari Kesaktian Pancasila ini sebagai jari bersyukur nasional. Bagaimana caranya?

Bersyukur memiliki Pancasila yang sakti berarti tidak menjadikan Pancasila hanya sebagai pajangan atau zimat yang disimpan. Bersyukur memiliki Pancasila adalah dengan mengamalkannya.

Bersyukur memiliki Pancasila adalah dengan mempraktekkan dalam hidup kita sehari-hari bahwa kita sebagai pribadi-pribadi, masyarakat dan bangsa ber-Ketuhanan yang Mahaesa, Berkemanusian yang adil dan beradab, bersatu sebagai bangsa bernama Indonesia, menjunjung tinggi asas kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijasanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bersyukur memiliki Pancasila adalah dengan menjadikannya sebagai panduan hidup kita sehari-hari. Salah satu wujudnya adalah merawat kemajemukan sebagai Sunatullah anugerah Allah SWT yang luar biasa bagi Indonesia seraya tak pernah lelah untuk terus mengikhtiarkan persatuan. Mensyukuri adanya Pancasila adalah dengan membuktikan kesaktiannya dalam bentuk menjadi bangsa yang sangat majemuk namun mampu bersatu. Bhinneka Tunggal Ika.

Pancasila mempersatukan kita. KH Abdurrahman Wahid, Gus Dur, bahkan dengan sangat tegas mengatakan “Tanpa Pancasila, Indonesia akan bubar”.

Mensyukuri kesaktian Pancasila adalah memperjuangkan supaya Indonesia menjadi contoh bagi dunia dalam mencapai sejumlah prestasi:

– Menjadi bangsa yang mampu menjadikan Islam dan Demokrasi seiring dan sejalan. Menjadikan Indonesia bukan hanya sebagai salah satubnegara demokrasi terbesar di dunia tapi negara berpopulasi Muslim terbesar dunia yang sukses berdemokrasi.

– Menjadi bangsa yang sukses menyatukan prinsip Demokrasi dengan Kesejahteraan Rakyat. Membuktikan bahwa demokrasi itu bukan menyengsarakan tapi sebaliknya membawa kemajuan dan kemakmuran Rakyat.

Karena sebab itulaj antara lain, Mas Anies Baswedan dan saya sebagai Bakal Capres dan Cawapres dalam Pemilu 2024 besok akan mengejar Visi ”Indonesia Bersatu, Makmur dan Berkeadilan”.

Jika kita peras Pesan Pancasila yang Sakti, maka hasil perasannya adalah amanat agar Indonesia menjadi bangsa yang bersatu, mampu mencapai kemakmuran dan menegakkan prinsip keadilan bagi semua.

Saya yakin, dengan bersatu, makmur dan berkeadilan, Indonesia bukan saja akan menjadi Negara Maju yany dikagumi dunia. Lebih dari itu, Indonesia akan menjadi contoh bagi peradaban dunia.

Itulah cita-cita saya. Saya berharap Ibu, Bapak, Saudara juga berkenan menjadikannya sebagai cita-cita Ibu, Bapak dan Saudara.

Terlalu tinggikah cita-cita menjadikan Indonesia sebagai contoh bagi peradaban dunia itu? Tidak sama sekali!

Jangan lupa, Bung Karno pernah mengingatkan kita, “Gantungkan cita-citamu setinggi langit. Jikapun kemudian kalian jatuh, maka akan jatuh di antara bintang-bintang!”(lsn/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *